Translate

Sabtu, 19 Juli 2014

SABAR ( Cerita Pendek Islami )

Haloooooo haha! Ini aku bawa cerpen karya aku yang dipakai buat lomba cerpen islami di sekolah kemarinJ dan Alhamdulillah dapet juara 3 yeyyyy! (?) padahal awalnya pesimis banget soalnya cerita yang aku buat ini gak nyambung. Takut juga gak sesuai dengan tema yang berkaitan dengan IslamL tapi Alhamdulillah nya Allah memberikan kesempatan buat aku meraih juara 3 ini hehe. Yuk langsung baca aja. Jangan lupa like+komen. Hargai karya anak bangsa(!)


*
*
*
*
*
*
*
-SABAR-

Di malam yang sunyi itu aku mendengar batuk seorang paruh baya yang kesakitan disamping kamar. Orang itu adalah umi, seorang wanita yang melahirkanku kebumi ini, seorang wanita yang membuat aku bisa menjadi orang sungguhan. Orang tercerdas di sekolahku yang membuat aku dikenali oleh semua orang sekolah. Berkat umiku, wanita yang melahirkanku 15 tahun yang lalu.

“Alfa!”

            Pemilik suara bass itu membuyarkan lamunanku. Mengacuhkan dunia khayalanku yang indah namu pilu. Aku menoleh pada pria itu.

            Ka Singgih namanya. Pria berbulu mata lentik itu adalah abangku. Aku menatapanya sendu sambil menikkan kedua alisku menandakan “Ada apa?”. Beberapa saat kemudia aku merasakan hangat menjalar didalam tubuh ini. Dadaku sesak, aku sudah tidak tahan lagi.

            Abang memelukku.

            Bibirku bergetar. Air mata telah menggenang di pelupuk mata dan hanya menunggu waktu sampai cairan bening itu jatuh berserakan di pipiku.

            “Aku begitu mencintainya hingga aku ingin mati, apa abang tahu itu?”

            Nada bicaraku sangat lemah dan pelan dan suara ku kembali serak. Dari sini aku bisa mendengar samar suara-suara indah orang-orang di depan sana yang sedang mengaji.

            Tepatnya mengajikan mayat umi yang tergeletak sudah tak bernyawa. Rasanya aku ingin berteriak kembali jika mengingat hal itu.

            Hari ketika satu hari sebelum olimpiade dimulai dan aku belajar sangat keras di kamar seharian sehingga mengabaikan segala sesuatu yang mengganggu.

            Suara umi yang memanggilku terutama.

            Aku ingat sekali ketika beliau dengan susah payah memanggilku hanya untuk mengambilkannya obat tapi, aku malah memikirkan lembaran kertas yang berisikan rumus di depan mataku.

            Ya Allah hamba tidak kuat.

            Aku menjerit dalam hati ketika memori itu berputar kembali dalam otakku.

            Saat aku tidak lagi mendengar suara umi memanggil, aku merasakan hal yang tidak beres dan jantungku mendadak berdetak tak karuan.

            Ya Allah pertanda apa ini.

            Aku segera melepas kacamataku dan bergegas menuju kamar umi dan langsung membuka pintunya.

            “Alfa, jangan pedulikan apapun mengenai pikiran dan mereka yang selalu menyalahkanmu. Bagiku adikku selalu melakukan hal yang benar. Jadi jangan pernah menyalahkan dirimu atas meninggalnya umi, mengerti?”

            Pria itu membuyarkan lamunanku kembali, membuat aku tersadar dan kembali ke dunia nyataku yang perih.
***
            Hari telah berganti, suara isak tangis masih terdengar dari tempat pemakaman almarhumah umi. Sesudah para warga pergi beranjak meningglan pemakaman umi, aku masih terduduk lemas di atas makam umi sambil terus memanggil lemah nama itu. Aku memejamkan mata sambil memeluk nisan umi dan terus membacakan surat-surat pendek untuknya. Kata maaf pun belum pernah terhenti semenjak kesalahan bodohku yang aku lakukan sampai membuat umi jauh terkulai dan akhirnya berhenti bernafas.

            Aku merasa semua ini murni kesalahanku.

***

            Aku mulai memasukki lingkungan sekolahku dengan langkah terburu-buru, aku masuk ke dalam kelas. Aku bernapas lega ketika tahu bahwa belum ada guru yang masuk ke kelas. Aku berjalan menuju bangku ku dipojok, lalu membuang nafas kasar. Aku mendengarnya. Aku juga melihatnya. Melihat tatapan sini dan meremehkan juga mendengar suara bisikkan dari orang-orang itu atau lebih tepatnya orang yang disebut sebagai teman.

            “Apa itu benar?”

            Aku menoleh pada sumber suara. Ranti teman sebangkuku menatapku dengan tatapan takut-takut. Aku mengerutkan sedikit dahiku, bingung.

             Apanya yang benar?”

            “mm... maaf jika aku terlihat seperti ingin ikut cambur ke dalam kehidupanmu. Tapi aku ingin tanya, Fa....”

            Aku menahan nafas begitu melihat tingkah Ranti. Aku sudah menduga, ia akan menanyakan soal ini.

            Soal aku dan kematian umiku.

            Aku menatap Ranti agar segera melanjutkan perkataannya. Dan benar saja, ia memang menanyakan pertayaan yang semua orang ingin lontarkan padaku. Tanganku mengepal dengan sendirinya mencoba menahan kendali diri agar bisa mengontrol emosiku.

            Semuanya menuduhku.

            Iya. Memang aku yang salah tapi, mengapa semua orang harus mencampuri urusanku? Mengapa mereka ingin tahu? Lagian darimana mereka tahu soal ini? Apa mereka menguntitku? Oh... Ya Allah aku sunggguh ingin menyiram mereka dengan air kobokan.

            “Selamat pagi!”

            Aku membenarkan posisi dudukku ketika guru P.A.I datang. Mencoba fokus pada apa yang ia jelaskan di depan sana tanpa mencoba memperdulikan segala tatapan tak enak dari teman-teman.

***

            Waktu pulang, aku berdiri sendiri  di depan gerbang menunggu ka Singgih menjemoutku. Ini sangat membosankan. Aku mengedarkan pandanganku dan melihat sekeliling. Tatapan tak mengenakkan pun aku dapatkan kembali. Aku membuang mukaku acuh. Aku benci dengan mereka semua, tidak tahukah mereka aku adalah senior mereka disekolah ini, bahkan aku lebih pintar dari mereka.

            Cih.

            Beberapa saaat kemudian aku mendengar obrolan beberapa orang anak perempuan berjilbab yang sekarang ada di belakangku.

            “Hey, lihat ada orang jahat!”

            “Dia benar-benar tidak tahu diri!”

            “Apa dia bear-benar membunuh ibu kandungnya sendiri?”

            “Tidak tahu malu!”

            “Tidak menyangka gadis secerdas dia bisa melakuka hal sekeji itu!”

            Aku diam memejamkan mataku dan menutup telinga dengan kedua tanganku mencoba untuk menghiraukan mereka semua. Hingga pada akhirnya motor abangkku terparkir di depanku dan membawaku pergi menjauh dari orng-orang itu.

***

            “Aku ingin berhenti sekolah!”

            Kalimat itu begitu saja keluar dari mulutku ketika aku dan ka Singgih baru sampai di rumah. Aku bisa mendapatkan tatapan bingung dari abangku, ia menghela nafas, lalu menghampiriku.

            “Kau capek, Alfa. Pergilah istirahat, lalu shalat.”

            Aku menggeleng. “Aku lelah bang, aku capek. Setiap hari mendapat perlakuan seperti itu. Mereka menginjak-injakku!” aku menghela nafas kasar, alu duduk di sofa.

            “Jangan terlalu memikirkannya.”

            Aku menatap abangku dengan risih. “Bang, sudah berulang kali kau mengatakan itu kepadaku. Aku sudah mengikuti saran yang kau berikan agar tidak memperdulikan mereka yang selalu menyalahkanku. Tapi apa hasilnya? Tidak ada bang! Aku hanya mendapat sakit hati!”

            “Alfa, bersabarlah. Kau sedang puasa. Pokonya—“

            “Sudahlah bang! Pokoknya aku ingin pindah sekolah saja!”

            Alfa cobalah mengerti. Ini adalah cobaan bagimu dan untuk kita semua. Biarkan mreka yang selalu menganggumu! Mereka tidak tahu apa-apa. Meninggalnya umi bukan karena kesahanmu. Ini adalah takdri!”

            “Berarti ini adalah salah takdir bang!”

            “Astagfirullah Afla! Allah yang membuat takdir dan kita tidak bisa menyalahkan takdir begitu saja! Itu dosa. Bersabarlah, Alfa.” Ucap abang dengan lembut sambil merangkulku dan aku pun mengangguk.

            “Sabar sabar. Apa orang-orang yang selalu meledekku itu juga akan mendapatkan dosa? Semoga Allah membalasnya dengan balasan berlipat ganda. Lihat saja nanti pasti Allah balas perbuatan mereka!”

            Mendengar perkataanku Bang Singgih sepertinya kaget, ia menatapku dengan dengkel. Aku tertawa kecil melihatnya. “Kenapa? Aku sudah sabar bang...”

            “Begitu begitu adikku, sayang. Itu mengutuk namanya bukan bersabar. Seolah-olah kita begitu lemahnya sehingga hanya bisa mendoakan kejelekkan untuk mereka yang memfitnah. Lebih baik kau berdoa yang baik-baik untuk—“

            “Mendoakkan mereka? Cih, untuk apa bang? Mereka sudah menyakitiku. Tidak pantas untuk didoakan.” Potongku begitu mendengar pernyataan Bang Singgih. Aku menghela nafas melihat abangku menggelengkan kepalanya.

            “Doakan saja mereka supaya mereka semua sadar. Doakan kebaikan untuk mereka.” Aku menautkan alisku. Mengapa kakakku ini malah menyuruhku mendoakan mereka ya jahat, sih? Aku udah cukup sakit hati mendengar tuduhkan bahwa katanya aku yang membunuh umi. Tapi mereka tahu apa?

            “Sudahlah, apa kau mereasa lebih baik dari sebelumnya? Sabar yang penting!” aku menatap abangku pasarah, lalu menngangguk.

            “Yasudah ayo kita shalat. Jadikanlah sabar dan shalat debagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang khusyu(yaitu) orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadanNya.” (Al-Baqarah: 45-46)

            Aku menghela nafas lega begitu mendengar sedikit ceramah dari abangku ini. Sepertinya aku memang dan wajib sering-sering membaca al-quran dan terjemahannya untuk meperkuat imanku. Agar lebih bisa berlajar bersabar juga dan mengkuatkanku dari segala musibah yang akan datang. Apalagi sekarang bulan Ramadhan.

            “Ah iya, satu lagi! Bukan masalah yang menurut kita besar tetapi Allah lah yang Maha Besar!”
*TAMAT*


            Selesai dehhhhhh~!! Gimana menurut kalian? Kesan moralnya dapet gak? Maaf kalau ada yang gak suka hehe. Sebenarnya juga aku rada susah kalau menentukan judul dari cerita yang udah aku buat. Suka gak nyambung dan gak menarik sama cerita di dalamnya u_u #curhat MAKASIH YANG UDAH MAU BACA. SEMOGA ALLAH MEMBERKATI KITA SEMUA. AAMIINJ

Rabu, 11 Desember 2013


Lirik Lagu EXO-K – 첫 눈 (First Snow) Korean Ver.
[D.O] Cheoneun oneun ireon ohue neoege jeonhwareul geol su man ittdamyeon gippeultende
[Kai] Beolsseo ilnyeoni jananeunde nan ajig milyeon gadeukhaeseo “sseulsseurhae” eoneusae honjamal
[All] Sigyereul dwidollyeo
[Baekhyun] 1nyeon jeoneuro gal su ittdamyeon
[All] Maeumeul swidollyeo
[Baekhyun] Jigeum urin dallajyeosselkka
[Suho] Yeah babo gateun soriji, geuraedo manyag
[D.O&All] Neoreul mannamyeon nunmul cha olla
babo gateun nan amu mal mothae
[Baekhyun] Malhaejwo meri meri keuriseumaseu, annyeong jal jinaeneungeoji
[Chanyeol&All] Nuni naerimyeon meongdeun gaseumi
modu hayahke da deopyeojike doelkka
[Suho] Mianhae jalhaejuji mothae
[D.O] Huhwiman gadeug gadeug haetdeon, geu keuriseumaseu
[Chanyeol] Bulbich gadeughan georigeori honja georeosseo. dadeul haengbokhae boyeo
[D.O] Neoneun eonjena gongicheoreom isseojul georan chaggake, meongcheonghi  beonae,
[Sehun] Naega neomu mianhae
[Baekhyun] (neomu heunhan aegi) jinago namyeon neomu sojunghae
(hangsang jinachiji) wae geuddaeneun moreuneun geolkka
[Chanyeol] Jigeumeun dareul geoya malhaejogopa
[Suho&all] Neoreul mannamyeon nunmul cha olla
babo gateun nan amu  mal mothae
[D.O] Malhaejwo meri meri keuriseumaseu, annyeong jal jinaeneungeoji
[Kai&All] Nuni naerimyeon meongdeun gaseumi
modu hayahke da deopyeojike doelkka
[Chanyeol] Nunmurinji nun ddaemuninji
[Baekhyun] Jeomjeom neo meolli meolli boideon, geu keuriseumaseu
[D.O] Jeongmal singihan iriya neoui
saenggakmaneuro nunmul cha heurinimarya [Chanyeol] Tears are falling, falling, falling
[Kai] Dasi neoegero gako sipeo
[Suho] Museun irideun hal su isseo
[Baekhyun] Jigeumkkaji salmi modu sarajinda haedo Girl
[D.O&All] Neoreul mannamyeon nunmul cha olla
babo gateun nan amu  mal mothae
[D.O] Malhaejwo meri meri keuriseumaseu, annyeong jal jinaeneungeoji Baby girl ohh yeah
[Chanyeol&All] Nuni naerimyeon meongdeun gaseumi
modu hayahke da deopyeojike doelkka
[Suho] Mianhae jarhaejuji mothae
[D.O] Huheiman gadeug gadeug haettdeon,
[All] Neoreul mannamyeon nunmul cha olla ([D.O] Nunmul cha olla)
[Baekhyun&All] Amu mal mothae ([D.O] Amu mal mothaneun na ingeol)
[Baekhyun] Meri meri keuriseumaseu, jal jinaeneungeoji hooo~
[Kai&All] Nuni naereimyeon eongdeun gaeseumi
modu hayahke da deopyejike doelkka ([Baekhyun] Yeah~~~)
[Chanyeol] Nunmurinji nun ddaemuninji
[Baekhyun] Jeomjeom neo meolli meolli boideon, keuriseumaseu

Senin, 18 November 2013

Kurs Valuta Asing

Negara
Mata Uang
          Kurs Beli

        Kurs  Jual

Amerika
Dollar
11.578,00
11.692,00
  
Australia
Dollar
10.765,00
11.018,00
  
Canada
Dollar
11.022,00
11.266,00
  
Swiss
Franc
12.501,00
12.907,00
  
New Zealand
Dollar
9.584,00
9.804,00
  
Danish
Krone
2.019,00
2.190,00
  
Inggris
Pound
18.591,00
18.888,00
  
Hongkong
Hongkong Dollar
1.451,00
1.552,00
  
Jepang
Japanese Yen
114,28
117,79
  
Singapura
Singapore Dollar
9.225,00
9.438,00
  
Eropa
Euro
15.545,00
15.816,00
  
Saudi Arabia
Real
2.979,00
3.233,00
  
Swedish
Krona
1.694,00
1.808,00
  
Norwegian
Norway Krone
1.808,00
2.000,00
  
China
Yuan
1.868,00
1.952,00
  


Kelompok 4 IPS
Nama Anggota :
1.      Annisa Faqih Diini.
2.      Arsita Denta R.
3.      Dinda Mutia Ruliani.
4.      Felicia Putri Ananda.
5.      Maghresa Ramadanty.

6.      Rindha Azzaria.

Rabu, 07 Agustus 2013

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1434 H ya;;------D 
MOHON MAAF LAHIR BATIN KALO OWE ADA SALAH:)